Ads

Friday, December 14, 2012

Makalah Tentang Oncom Pasir Reungit


BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
             Di antara orang Sunda, siapa tak mengenal oncom. Makanan yang dibuat dari bahan kacang tanah yang diragikan ini menjadi salah satu produk budaya yang dikenal dari daerah pasundan. Sentra produksi oncom di Jabar sebenarnya banyak, salah satunya di
Desa Pasireungit, Kec. Paseh, Kab. Sumedang. Desa penghasil oncom itu sebenarnya bernama Pasir Leu ngit, namun karena banyak orang ingin menyebut mudah dengan nama Pasireungit. Namun ini juga bukan berarti desa itu dikenal banyak nyamuknya, karena dalam Bahasa Sunda artinya bukit nyamuk.
           

B.  Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan diatas, maka kami penulis merumuskan beberapa masalah :
1.  Bagaimana karakteristik masyarakat pengrajin oncom Pasireungit?
2.  Bagaimana kebudayaan masyarakat pengrajin oncom Pasireungit?
3. Bagaimana struktur masyarakat  Pasireungit?
4. Bagaimana sistem medis di Pasireungit?

C.  Tujuan Praktek Belajar Lapangan
            Penulisan ini bertujuan untuk :
Penelitian dikatakan berhasil, apabila terdapat kesesuaian antara tujuan dan hasil yang di inginkan. Adapun tujuan dari penelitian yang telah dilakukan sehingga terselesaikannya makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui Bagaimana karakteristik masyarakat pengrajin oncom Pasireungit?
2. Untuk Untuk mengetahui mengetahui Bagaimana kebudayaan masyarakat pengrajin
     oncom Pasireungit?
3. Untuk mengetahui Bagaimana struktur masyarakat  Pasireungit?
4. Untuk mengetahui Bagaimana sistem medis di Pasireungit

D.  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan ini, yaitu :
  1. Melatih dan menguji dalam membuat makalah.
2.      Bagaimana karakteristik masyarakat pengrajin oncom Pasireungit?
3.      Bagaimana kebudayaan masyarakat pengrajin oncom Pasireungit?
4.      Bagaimana struktur masyarakat  Pasireungit?
5.      Bagaimana sistem medis di Pasireungit?

E. Metode Praktek Belajar
            Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
1.      Metode observasi, yaitu pengamatan, peninjauan secara cermat. Metode ini dilakukan untuk mendapat data yang diperlukan yaitu dengan cara menginjungi langsung tempat yang dijadikan bahan untuk membuat karya tulis.
2.      Metode literatur, yaitu mengumpulkan data yang informasinya dengan bantuan dari berbagai sumber, baik dari buku-buku yang berhubungan dengan makalah ini.

F.Lokasi dan Waktu Praktek Belajar
1.      Lokasi
                               Lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu”Desa Pasireungit” yang berada di kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang.
2.      Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yaitu dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2011 sekitar pukul 9.30-13.00 WIB.

G. Sistematika Penulisan
            Sistematika dalam makalah ini terdiri dari:
            Bab I merupakan pendahuluan,  yang terdiri dari:
Latar belakang masalah
Rumusan masalah
Tujuan Praktek Belajar Lapangan
Manfaat penulisan
Metode Praktek Belajar Lapangan, dan
Sistematika penulisan.
            Bab II merupakan landasan teori yang terdiri dari:
       Sejarah perkembangan oncom
Perkembangan Oncom Pasireungit
Cara Pembuatan Oncom
            Bab III merupakan pembahasan yang terdiri dari:
Karakteristik Masyarakat Pasireungit
Kebudayaan Masyarakat Pasireungit
Struktur Masyarakat Pasireungit
Sistem Medis Masyarakat Pasireungit
            Bab IV merupakan penutup yang terdiri dari:
Kesimpulan
Saran.
            Daftar Pustaka
            Lampiran


                                                                     BAB II
LATAR BELAKANG ONCOM PASIREUNGIT

A.    Sejarah Oncom Psireungit
            Perajin oncom Pasireungit, Tarmedi (65) dan istrinya, Ma Idah (54), menyebutkan, cerita dari para kokolot desa mengatakan, usaha pembuatan oncom tadinya berawal dari kebiasaan lama masyarakat setempat yang senang memakan makanan yang sengaja dibusukkan. Makanan kegemaran mereka, roay, tauge, ikan, kacang tanah, dll, selalu dibusukkan dahulu sebelum dimakan."Semakin busuk, saat itu rasanya dirasakan semakin enak, bahkan untuk sayuran, laleueur (cairan licin) hasil pembusukan dirasakan nikmat. Kalau produksi oncom, diawali saat masyarakat senang membusukkan kacang tanah sampai berjamur," kata Tarmedi senada Ma Idah.
Sedangkan pembuatan oncom untuk skala usaha, umumnya dimulai tahun 1965, walau penjualan kebanyakan ala kadarnya namun mampu menembus pasar Bandung dan sekitarnya. Saat itu, banyak perajin oncom menjualnya secara asongan hanya dengan naik sepeda, bahkan berjalan kaki berangkat sore dari Pasireungit lalu singgah di Kec. Tanjungsari, lalu dini hari berangkat ke Bandung.

B.      Perkembangan Oncom Psireungit
Usaha oncom Desa Pasireungit sudah turun-temurun diusahakan masyarakat setempat, yang menurut warga sudah dilakukan sebelum tahun 1942. Masa kejayaan oncom Pasireungit dialami tahun 1965 sampai pertengahan tahun 1980-an, di mana kini para perajinnya masih berupaya bertahan.
Penjualan oncom Desa Pasireungit mulai "dikembangkan" akhir tahun 1980-an, di mana beberapa pemilik usaha menggunakan berbagai agen sampai ke Bandung. Namun kebanyakan, pemilik usaha produksi oncom masih senang menjual sendiri secara berkeliling, walaupun risikonya capek dua kali dan tak jarang membawa sisa oncom dibawa pulang.
Namun karena berbagai sebab, usaha pembuatan dan perdagangan oncom Pasireungit berangsur menurun kegairahannya, dari semula sedikitnya 60-an kepala keluarga (KK) kini hanya tinggal 7-10 KK.
Dari mereka yang masih bertahan, hanya 1-2 orang yang usahanya dalam skala "besar", sisanya diusahakan secara kecil-kecilan, yang tampak belum ada perkembangan lagi.
Beberapa perajin oncom Desa Pasireungit umumnya menyebutkan, kondisi ini disebabkan situasi pasar dan upaya pemasaran yang belakangan kurang lagi mendukung. Apalagi saat ini, "gempuran" makanan modern
semakin gencar, yang disertai promosi kuat sehingga lebih mampu memikat generasi muda.
Di lain pihak, beberapa perajin menyebutkan, adalah beratnya situasi usaha, terutama akibat semakin meningkatnya harga bahan baku.
 

C.     Cara Pembuatan Oncom
Produksi oncom dilakukan secara sederhana, di mana bahan baku kacang tanah. Pertama, kacang tanah digiling menjadi ukuran yang lebih kecil tetapi tidak terlalu halus. Kedua, setelah menjadi ukuran yang lebih kecil, kacang tanah itu dibersihkan supaya kulit kacangnya tidak terlalu banyak menggunakan nampan atau dalam bahasa Sunda sering disebut dengan “ditapi”. Ketiga, kacang itu dibungkus oleh plastik kemudian dikukus seperti menanak nasi. Pengkukusan itu dilakukan secara sederhana seperti kebiasaan menanak nasi di tungku. Waktunya pun sampai kacang itu matang. Keempat, kacang yang sudah matang itu di fres  untuk dikeluarkan minyaknya. Dalam pengefresan itu juga sekaligus untuk mncetak menjida bentuk yang bulat. Kacang tanah yang sudah tdak ada minyak dan berbentuk bulat itu disebut bungkil.   Kelima, dibentuk dalam ukuran potongan yang disimpan dalam rak sambil diberi ragi  dan diperam selama 4 hari, sampai akhirnya siap dijual.

BAB III
MASYARAKAT PENGRAJIN ONCOM PASIREUNGIT

A.    Karakteristik Masyarakat Pasireungit
Masyarakat desa Pasireungit memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang  tampak dalam perilaku keseharian mereka. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Berikut ini disampaikan sejumlah karakteristik masyarakat desa Pasireungit, yang terkait dengan etika dan budaya mereka, yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Setidaknya, ini menjadi salah satu wacana bagi kita yang akan bersama-sama hidup di lingkungan pedesaan.
1.Sederhana
Kesederhanaan
ini terjadi karena dua hal:
a. Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
b. Tempatnya jauh dari perkotaan, sehingga masyarakatnya masih sederhana.
2. Mudah curiga
Secara umum, masyarakat desa akan menaruh curiga pada:
a. Hal-hal baru di luar dirinya yang belum dipahaminya
.
b. Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
.
3. Menjunjung tinggi “unggah-ungguh”
Sebagai “orang Timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau “unggah-ungguh” apabila:
a. Bertemu dengan tetangga
.
b. Berhadapan dengan pejabat
.
c. Berhadapan dengan orang yang lebih tua/dituakan
.
d. Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
.
e. Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
.
4. Guyub, kekeluargaan
Suasana kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah-daging” dalam hati sanubari mereka.
5. Lugas
“Berbicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimiliki masyarakat desa
Pasireungit. Mereka tidak peduli apakah ucapannya menyakitkan atau tidak bagi orang lain karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran, itulah yang mereka miliki. Masyarakat desa Pasireungit menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Sunda dalam bahasa kesehariannya.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut belum begitu dikenalnya. Katakanlah, mahasiswa yang sedang melakukan tugas penelitian survei pasti akan sulit mendapatkan informasi tentang jumlah pendapatan dan pengeluaran mereka.
7. Perasaan “minder” terhadap orang kota
Satu fenomena yang ditampakkan oleh masayarakat , baik secara langsung ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul dengan orang kota adalah perasaan mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak banyak omong.
8. Menghargai  orang lain
Masyarakat Pasireungit ingin menerima kedatangan mahasiswa yang mengadakan survei , walaupun kepada yang lebih muda mereka tetap menghargai.
9. Suka gotong-royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa
Pasireungit lainnya adalah gotong-royong. Uniknya, tanpa harus dimintai pertolongan, serta merta mereka akan  bahu-membahu meringankan beban tetangganya yang sedang punya  hajatan. Mereka tidak memperhitungkan kerugian materil yang dikeluarkan untuk membantu orang lain. Mereka memiliki prinsip lebih baik kehilangan materi tetapi mendapat keuntungan bertambah saudara.
10. Religius
Masyarakat
nya dikenal cukup religius. Artinya, dalam keseharian mereka taat menjalankan ibadah agamanya. Secara kolektif, mereka juga mengaktualisasi diri ke dalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan. Misalnya: tahlilan, rajaban, dll.

B.     Kebudayaan Masyarakat Pasir Reungit
Masyarakat Pasireungit merupakan suatu masyarakat yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata terlihat dalam beragamnya kebudayaan. Tidak dapat kita pungkiri bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan. Begitu pula
sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat. Ini berarti begitu besarkaitan antara kebudayaan dengan masyarakat.
Kebudayaan yang mereka miliki baik dari segi agama, mata pencaharian, kesenian dan lain sebagainya. Kebudayaan-
kebudayaan tersebut akan dijabarkan sebagai berikut
:

Sistem Kepercayaan:
Pada tiap-tiap bulan (Islam) Maulud dan bulan Rajab khususnya di malam Jumat di puncak Gunung/Pasir Reungit kerap muncul cahaya berkilauan seperti cahaya lampu neon. Maka, Rochman menambahkan pada bagian akhir catatannya bahwa Gunung/Pasir Reungit adalah "situs": 1) ada keajaiban berupa cahaya pada lahan tertinggi Gunung /Pasir Reungit;
2) ada lubang berupa terowongan dari Sungai Cipeles hingga tembus ke lokasi tumpukan batu yang berbentuk "persegi" adalah buatan manusia.
Dan masyarakat desa pasir reungit masih ada yang suka mengadakan ritual nyarang ketika akan menghadapi syukuran khitanan atau pun pernikahan.
Namun sebagian kepercayaan itu sudah agak terhapus karena perkembangan zamn yang sudah modern.
Mata Pencaharian:
 Pada umumnya mata pencaharian masyarakat Pasireungit pada sekarang adalah mebeul. Yang paling terkenal adalah pengrajin oncom karena pada dahulu sebagian besar masyarakat Pasireungit bermata pencaharian sebagai pengrajin oncom.
Tari Umbul
Sistem Kebersihan
Pada umumnya masyarakat desa Pasireungit sistem kebersihannya cukup baik. Contoh kecilnya: pengrajin oncom juga membuang limbahnya tidak sembarangan, mereka membuangnya ke kolam karena limbah oncom itu bisa menjadi makanan ikan. Yang kurang baiknya,  mereka tidak membuat pembuangan limbah secara khusus misalnya mereka membuat kolam yang jauh dari pemukiman penduduk karena limbahnya menimbulkan bau yang tidak sedap.

C.    Struktur Masyarakat Pasir Reungit
Seperti wilayah lainnya di Pasireungit juga terdapat balai pertemuan seperti desa. Pasirengit terdapat balai pengobatan seperti Puskesmas, mantri dan juga bidan, teapi jumlahnya terbatas. Jadi jika mereka sakit mereka akan berobat ke sana. Kebanyakannya mereka berobat ke mantri karena jaraknya yang lebih dekat. Dalam berhubungan, baik antara tetangga, teman, penduduk maupun orang yang berkunjung hubungannya baik. Mereka  saling menghargai dan menghormati antara sesama manusia.
            Sekarang sudah tidak ada aturan tertulis yang masih kuat dipegang oleh mereka. Dan tidak ada tingkatan-tingkatan sosial.
D.    Sistem Medis di Pasir Reungit
Ada beberapa persoalan tentang kesehatan yang terjadi di masyarakat desa Pasireungit.
Sementara, di daerah pedesaan, sering dijumpai adalah keterbatasan jumlah tenaga medis di desa Pasireungit, minimnya ketrsediaan infrastruktur prasarana pelayanan kesehatan, dll. Kondisi ini menyebabkan:
a.       Sulitnya masyarakat dalam pemenuhan layanan kesehatan, contohnya:
1)      Jika ada ibu yang melahirkan, mereka membawanya ke bidan di desa Tomo.
2)      Jika anak-anak mau khitanan, mereka membawanya ke desa Kaso kandel karena belum ada tukang sunat di daerah Pasireungit.
b.       Perilaku masyarakat yang acuh tak acuh terhadap kesehatannya sendiri atau keluarganya, dll


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pasir Reungit adalah salah satu desa penghasil oncom di daerah Sumedang. Masyarakat desa Pasireungit memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang  tampak dalam perilaku keseharian mereka. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”.
Masyarakat Pasireungit merupakan suatu masyarakat yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan. Bukti nyata terlihat dalam beragamnya kebudayaan. Kebudayaan tersebut masih ada yang dilestarikan dan ada juga yang hilang akibat perkembangan zaman.
Seperti wilayah lainnya di Pasireungit juga terdapat balai pertemuan seperti desa. Pasirengit terdapat balai pengobatan seperti Puskesmas, mantri dan juga bidan, teapi jumlahnya terbatas
Sistem medisnya masih kurang karena keterbatasan jarak, tempat dan tenaga medis yang tersedia di desa tersebut.

B.     Saran


DAFTAR PUSTAKA


repository.upi.edu/operator/upload/s_l0451_033945_chapter4.pdf

www.google.com

0 komentar:

Post a Comment