CINTA
SEPINTAS
JOMBLO,,, satu kata yang dari dulu sampai sekarang
seringkali menjadi trending topic pada anak muda seperti saya… Meskipun
sebenarnya jomblo itu menurut ilmu bahasa sedikit mengalami perubahan arti pada
jaman dulu dan sekarang. Perbedaannya, jaman dulu jomblo itu sebutan bagi orang
orang yang umurnya sudah tua dan belum menikah alias tidak laku, sedangkan
sekarang jomblo itu hanya sebutan untuk status orang orang mayoritas remaja
yang belum memiliki pacar, mirip mirip dengan tidak laku juga, tapi
untuk sebagian orang tidak terlalu berpengaruh dengan status tersebut.
untuk sebagian orang tidak terlalu berpengaruh dengan status tersebut.
Kata kata itu untuk sekarang sedang melekat dengan
status saya. Banyak orang yang mempertanyakan status itu, mereka mengatakan
saya itu ‘orangnya mandiri, sudah bekerja sambil kuliah, tampang punya, sikap
baik, apalagi coba?’ Terserahlah orang mau menilai aku seperti apa, tapi kan
yang namanya perasaan itu aku sendiri yang merasa. Sahabat sahabat akupun
heran, berbeda dengan mereka yang hobi sekali gonta ganti pacar meskipun mereka
terkesan biasa biasa saja, tapi aku seringnya pake hati. Contoh sederhananya
Bayangin aja kalo aku ada di posisi wanita itu, wah males banget, jadi prinsip
aku kalo misalnya kita ga mau disakiti orang lain, kita jangan pernah nyakitin
orang lain. Bukannya so bijak atau gimana, tetapi ya sedikit bagi bagi
pengalaman lah dan pake perasaan juga..
Aku mahasiswa semester V STIE, aku bekerja di bank
swasta bagian marketing, lumayan lah bisa punya waktu untuk kuliah dan bekerja,
karena yang namanya marketing itu kerjanya turun ke lapangan. Selama antara
pekerjaan dan kuliah tidak saling mengganggu, aku sangat nyaman dengan suasana
yang sekarang ini. Mungkin dengan kesibukan untuk focus keadaan ini, aku jadi
lupa dengan status aku yang katanya jomblo itu. Kali ini hari pertama aku masuk
kuliah di semester V, nampaknya ada orang baru pindahan dari universitas lain.
Teman teman sekelas ribut dan bertanya tanya siapa, ketika dosen jam pertama
masuk, iapun memperkenalkan diri. Namanya orang baru, apalagi seorang wanita,
langsung saja si meong meong sahabat aku keliatannya semangat sekali dan
berebut ingin berkenalan lebih jauh. Melihat dari segi fisik saya akui kalau
dia itu memang cantik.
Hari demi haripun berlalu, diam diam aku memperhatikan
dia. Lumayan lah untuk menutupi status aku. Aku mulai tertarik, Karena
pertamanya dia memang cantik dan aku suka sifatnya dia yang tidak terlalu over
acting seperti teman teman wanita lain pada umumnya. Orangnya ramah, tapi pas
digoda sama si meong meong, dia menunjukan sikap dinginnya. Setelah memiliki
perasaan suka, akupun mulai ada usaha untuk bisa dekat, dan dia pun menunjukan respon yang baik. Beruntungnya dari
semua orang yang mencoba pendekatan dengan dia, hanya aku yang terlihat sukses
dan diberi respon baik dari dia. Hmmmmmm tampaknya sudah ada kesempatan, akupun
membiarkankan semua berjalan apa adanya, karena kesannya tidak mau terburu
buru.
Seiring berjalannya waktu, kamipun terlihat dekat.
Mulai terdengar gossip tentang aku dengan anak baru itu, salah satu sahabat aku
mengatakan ‘San, diam diam, hebat kamu bisa dekat dengan anak baru itu.. ko
bisa sih? Padahal kamu sama dia terlihat sama sama dingin?! Tapi mungkin kalian
cocok ya, sama sama dingin, jadi serasi! hihihi’
Euh ni anak setengah memberi selamat dan setengah
mengejek. Tetapi prisip aku, biarlah oranglain mau ngomong apa juga, Toh nanti
juga dia cape sendiri. Setelah lumayan lama aku bersama sama dengan dia sebagai
seorang sahabat, seringkali aku ingin berkunjung ke rumahnya, tetapi aku selalu
dilarang. Kalaupun pas mengantar dia, paling hanya sampai depan rumahnya dan
tidak diperbolehkan untuk masuk. Aku belum berani untuk menjadikan dia seorang
pacar, karena banyak yang aku belum ketahui tentang dia, selain orangnya
tertutup, akupun aga heran dengan sikapnya yang tidak terlalu banyak bercerita
tentang dirinya dan keluarganya.
Hingga suatu saat aku ada kesempatan untuk
mengantarkan tugas kelompok ke rumahnya, karena aku kebetulan sekelompok
dengannya. Sebelumnya tanpa bilang terlebih dahulu aku diam diam mengunjungi
rumahnya, kebetulan hari itu hari minggu, ceritanya aku ingin ngasih kejutan
buat dia dengan tidak memberi tau terlebih dahulu. Suasana di depan rumahnya
tampak ramai, tapi hal itu tidak membuat aku mengurungkan niat untuk
membatalkan kunjungan aku ke rumahnya. Akupun mengetuk pintu dan Nampak banyak
banyak orang juga disitu. Suasananya terlihat aneh, ibu ibu separuh baya
membuka pintu dan menanyakan dengan terlihat heran, ‘Maaf adik ini siapa?’ ..
akupun menjelaskan maksud kedatangan aku kesitu, dan ingin bertemu dengan yang
namanya Raya. Aku dipersilahkan untuk menunggu dan aku berpesan ‘Bu, nanti
tolong sampaikan saja pada Raya, saya temannya’ dan Ibu tersebutpun meng iya
kan nya. Meskipun pada awalnya Ibu tersebut menolak untuk mempertemukan saya
dengan Raya.
Ketika Raya menemui saya, kamipun saling kaget. Aku
heran kenapa dia berdandan seperti itu, balutan kebaya rapi, tata rambut dan
rias wajahnya menandakan kali ini dia sedang menjadi orang yang diistimewakan.
Saat itupun kami hanya saling tercengang dan bertatapan. Dari luar terlihat ada
rombongan banyak orang yang baru datang, dan seseorang menarik tangannya Raya
sambil mengatakan ‘Ra, itu calon kamu udah datang, ayo kita sambut di depan’.
Begggg akupun kaget dengan pernyataan tersebut, melihat hal tersebut akupun
meninggalkan rumahnya Raya tanpa berpamitan. Karena orang orang disana terlihat
berbahagia dan sibuk dengan aktivitas masing masing.
Esoknya di kampus, kamipun bertemu. Malas sekali
melihat wajahnya, tetapi aku harus tampak dewasa dan professional. Karena kan
dia hanya orang baru, dan aku anggap tidak terjadi hal apa apa. Aku berusaha
tegar dan hanya menyapa ‘Hay’ padanya. Dan dia pun terlihat pucat dan hanya
menunduk malu tanpa komentar apa apa. Akupun berusaha menjauhi dia karena aku
tau dia kemarin sudah bertunangan dengan oranglain. Orang – orang sekitar
kampus tampak heran salah satu temanku bertanya :
‘San, ko ga biasanya kamu sama Raya saling jauh gini?
Udah putus kamu?’……
‘Hush enak aja, kapan aku sama dia jadian? Lagi males
aja Gan!’….
‘Ciee berantem nih?!?’..
‘Berantem apa? Diem kamu ah!’
Aku lebih milih menghindar dari pada malas
membicarakannya. Tanpa disangka ternyata Raya sudah berdiri di depan tempat
duduk aku.
‘San,
maaf ganggu, aku boleh minta waktu bentar ga sama kamu berdua aja’
‘Oh
iya silahkan!’ dengan rasa malas akupun mengikutinya, hingga akhirnya kamipun
mengobrol d taman kampus.
‘San,
soal kemarin aku bener-bener ga enak, aku memang salah, seharusnya aku bilang
dari awal sama kamu, tapi……….’
‘Tapi
apa? Tapi kamu pengen maenin perasaan aku gitu?’
‘Bukannya
gitu, kamu dengerin dulu!’
‘Iya,
terus kemarin apa?’
‘Bukan
masalah kemarinnya, awalnya semenjak aku SMP kelas 3 orangtua aku berencana
buat jodohin aku sama anak temennya, spontan aku nolak karena aku ga merasa
wajar jika pada masa sekarang ini masih ada perjodohan, aku berusaha buat
menghindari keadaan ini, kamu tau?aku mencoba berontak tetapi usaha aku selalu
gagal, aku merasa depresi, aku ingin punya pilihan sendiri tanpa harus di atur
atur seperti ini. Apa salah aku punya perasaan ke kamu? Kamu juga demikian kan?
Kemarinpun ada acara pertunangan aku tidak diberi tu sama sekali, semuanya
serba mendadak! Pliiiss bantu aku buat keluar dari masalah ini!’
Akupun terdiam, mendadak lidah ini kelu untuk mengatakan
sesuatu hal. Miris sekali mendengar pernyataan raya seperti itu, aku tidak
menyangka cinta aku akan sesulit ini. Tetapi aku tidak boleh seegois ini,
karena ini menyangkut pertalian keluarga mereka, akupun tidak punya hak, hingga
akhirnya aku memutuskan sesuatu.
‘Raya,
terimakasih atas penjelasan kamu, kejujuran kamu, dan terimakasih juga karena
pada akhirnya kamu mau berbagi cerita sama aku! Tampaknya ini sulit, susah
sekali bagi aku untuk mengerti dan memahami semua ini, apalagi kita baru
bertemu hanya beberapa bulan saja. Banyak tentang aku yang belum kamu ketahui,
begitu juga sebaliknya. Ada baiknya kamu kasih kesempatan aku untuk berfikir
jernih dan menimbangkan semua hal dengan baik. Maaf kali ini aku ga bisa!’
Mendengar pernyataan aku, Raya pun menangis. Bodohnya
aku sampai membuat dia menangis seperti itu, sebenarnya aku memang membodohi
diri sendiri, tetapi akupun tidak boleh egois, ya hitunglah aku masih 20tahun,
jalan hidup aku masih panjang, aku tidak mau terhenti hanya karena masalah
cinta, dan terus mempertahankannya hanya dalam ke egoisan belaka. Raya hendak
pergi, tapi aku tarik tangannya, ia berbalik dan menoleh. Ingin rasanya aku
bilang I Love U padanya, namun aku khawatir ini malah menambah beban yang dia
rasakan sekarang. Hingga akhirnya aku hanya mampu mengatakan ‘Kamu yang sabar
ya!’ Raya hanya membalas dengan menyisipkan senyuman pahit di wajahnya. Dan aku
biarkan dia berlalu begitu saja.
Ya biarlah aku mempertahankan status jomblo ini,
karena untuk kali ini aku tidak mau ambil pusing untuk urusan cinta, karena aku
ingin mengutamakan prestasi dan karir terlebih dahulu.
0 komentar:
Post a Comment