Assalamu’alaikum wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil alamin wabihinastainu waala umuri dunyaq waddin
wasolatu wasalamu ala asrofil ambiya walmursalin wa’ala alihi wasohbihi
ajma’in, robbisyrohli sodri Wayasirli amri wahlul ukdatam miliksaniyafkohu
kouli,ammaa ba’du.
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat ilahi
rabbi yang telah memberikan rahmatnya sehingga kita dapat berkumpul di tempat
yang sederhana ini dalam keadaan sehat walafiat.
Tak lupa sholawat serta salam kita curah limpahkan kepada junjunan kita,Nabi besar Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabiin tabiitnya dan kepada kita selaku umatnya.
Tak lupa sholawat serta salam kita curah limpahkan kepada junjunan kita,Nabi besar Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabiin tabiitnya dan kepada kita selaku umatnya.
Tema kali ini yang akan saya sampaikan adalah
tentang optimisme bagian dari
kemenangan.
“Dan
janganlah kamu merasa hina dan janganlah kamu bersedih padahal kalianlah yang
paling tinggi jika kalian beriman”. (Ali Imran : 139)
“Dan janganlah kalian berputus asa dari
rahmat Allah, sesungguhnya tidak orang berputus asa itu melainkan kaum yang
kafir”. (Yusuf : 87)
Rasulullah saw. bersabda:
قال الرسول ص م : ” إنّ الله يحب الفألً و يكرهُ التساؤُم”
“Sesungguhnya Allah mencintai sikap optimis
dan membenci sikap putus asa”
Dalam kelelahan, ketegangan dan kekalutan, kaum
muslimin masih memiliki secercah harapan meraih kemenangan. Itulah yang terjadi
pada saat kaum muslimin dikepung oleh pasukan Ahzab. Bahkan dalam situasi yang
menegangkan dan jauh dari perhitungan untuk menang itu, mereka masih berkata:
“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya.
Maha Benar Allah dan Rasul-Nya. Tidaklah bertambah dalam diri mereka kecuali
keimanan dan kepasrahan pada Allah swt.”
Dalam kesiapan penuh, menghadapi kepungan musuh
dan kondisi medan
yang begitu berat, Rasulullah saw. memompa semangat dengan menjanjikan bahwa
mereka akan dapat menundukkan Romawi ,
Persia ,
Iskandariyah dan negeri-negeri lainnya.
Akhirnya kaum muslimin mendapatkan kemenangan
pada perang Ahzab tersebut tanpa pecahnya peperangan lazimnya, dan Allah swt.
membuktikan janji-Nya menaklukkan negeri-negeri besar pada masa pemerintahan
Umar bin Khathab RA. Lihatlah pula nasihat yang teduh bagai
air di padang
pasir, taujih dan janji Rasulullah saw. yang amat menyejukkan hati keluarga
Ammar bin Yasir:
“Sabarlah wahai keluarga Yasir tempat yang dijanjikan
Allah bagimu adalah syurga.”
Seuntai kalimat dari seorang murabbi, pemimpin
mampu meredam sakitnya penderitaan, menahan gejolak kesakitan dan membangkitkan
semangat berbuat, meski tidak dapat merayakan kemenangan.
Perjalanan hidup umat teladan, hendaknya
menginspirasi aktifitas yang kita lakukan saat ini. Betapa banyak pengalaman
mereka dapat kita jadikan cermin hidup agar rambu-rambu perjalanan menjadi
jelas dan terang. Seperti jelasnya perjalanan generasi terbaik dalam sejarah
umat ini sehingga mereka mendapatkan harapannya di dunia dan akhirat tanpa
takut kerugian sedikit pun.
Kemenangan umat terdahulu banyak kita temukan
bermula dari optimisme yang tinggi untuk meraih kemenangan. Optimisme yang
stabil menghantarkan mereka cepat atau lambat menuju kegemilangan. Karena
optimisme bagian dari kemenangan itu sendiri. Baik kemenangan di dunia ataupun
di akhirat. Optimisme orang-orang beriman sangat melekat pada jiwanya karena
mereka yakin akan firman Allah:
Bahwa mereka bersama Allah swt. Dengan kebersamaannya
itulah mereka meyakini perbuatannya, proses dan prosedurnya serta
keberhasilannya mencapai kesuksesannya.
Dengan optimisme itu segala yang berat menjadi
ringan, yang susah menjadi mudah dan yang rumit menjadi sederhana.
Ketika optimisme sudah merasuk ke jiwa maka
dorongan besarlah yang muncul, dorongan untuk melakukan sebuah cita-cita agar
meraih kejayaan. Ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah saw.:
“Bagaimana nasib saya bila maju ke medan peperangan yang
sedang berkecamuk itu’, beliau menjawab: ‘kamu akan mendapatkan syurga’ maka
sahabat itu segera maju ke depan bahkan membuang kurma yang sedang dikunyahnya
seraya bergumam: ‘ini akan memperlambat saya mendapatkan syurga.”
Subhanallah begitulah sebagian dari kisah generasi teladan.
Saat optimisme membumbung tinggi dalam sanubari
seorang mukmin, ia akan bergerak, bersikap, berjalan dan berkorban
meskipun ia belum tentu dapat merasakan nikmatnya kemenangan. Karena
sesungguhnya, dengan jiwa optimis itu mereka sudah mendapatkan kemenangan yang
sesungguhnya. Paling tidak ia terdorong untuk memberikan sumbangsih mulianya
demi keyakinan yang ia imani. Ia berharap agar Allah swt mencintai sikapnya dan
ridho dengan perjuangannya:
إنّ الله يُحِبُّ الفَألَ و يَكْرَهُ التََّسَاؤُم
Saat ini, hal-hal yang menghadang perjalanan kita
menuju kejayaan amatlah banyak. Rintangan, gangguan cobaan datang silih
berganti. Baik yang datang dari eksternal maupun internal umat, bahkan yang
muncul dari diri sendiri. Sepertinya mereka tidak pernah lelah dan berhenti. Mereka
tidak menghendaki kemenangan ada di tangan kita. Apabila kita pun lelah dan
jenuh menghadapinya, maka selamanya kita tidak akan pernah mencicipi rasa
kemenangan itu.
Tatkala kita lelah, muncul bisikan-bisikan
nista sambil mengatakan untuk apa berkorban. Apakah pengorbanan yang kamu
lakukan akan kamu dapati hasilnya? Apakah pengorbanan itu akan kita rasakan.
Jangan-jangan kita yang berkorban malah orang lain yang menikmatinya?
Dan sedihnya lagi apa yang sudah kita lakukan
akan dipungkiri dan digugat. Mereka juga akan menutup mata pada apa yang kita
perbuat.
Bisikan-bisikan ini sering kali mampir di telinga
kita. Seakan-akan mereka ingin menyetop lajunya langkah kaki-kaki kita.
Imam Hasan Al
Banna berpesan kepada kita:
الإمام الشهيد: ” لاَ تَيْأسُوا فَلَيْسَ اليَأْسَ مِنْ أَخْلاَقِ
المُسْلِمِيْن… فَإِنَّ حَقَائِقَ اليَوْمِ أَحْلاَمُ الأَمْسِ… وَ أَحْلاَمُ
اليَوْمِ حَقَائِقُ الغَدِ.
“Janganlah kalian berputus asa karena putus
asa bukanlah akhlak muslim. Sesungguhnya realita hari ini impian kemarin dan
impian hari ini adalah realitas hari esok.”
Kesimpulannya adalah gangguan yang menggelayuti
kita mesti kita hadapi, karena kita mempunyai iman, kita mempunyai keyakinan
dan kita bersama keberkahan Allah swt. Dan itu berangkat dari jiwa optimis yang
ada dalam diri kita.
Marilah kita hayati dan yakini sabda Rasulullah
saw. Di saat menghantarkan para sahabat dalam perang ahzab:
فَسِيْرُوا بِبَرَكَةِاللهِ وَانَتُمْ فَائِزُون
“Berangkatlah kalian dengan keberkahan Allah,
maka kalian akan menang.”
Imam Al Banna pun berpesan:
وَعَلىَ هَذِهِ الدَعَائِمِ القَوِيَّةِ أَسِسُوا نَهْضَتَََكُم وَ
أَصْلِحُوا نُفُوسَكُم وَ رَكِّزُوا دَعْوَتََكم و قوُدَوا الأمَّةَ إِلىَ
الخَيْرِ، وَاللهُ مَعَكُم وَلَنْ يَتِرَكُم أَعْمَالَكم..
“Di atas tonggak yang kokoh, bangunlah
kebangkitan kalian, perbaiki jiwa kalian, fokuskan dawah kalian dan
pimpinlah umat menuju kebaikan, niscaya Allah bersama kalian dan tidak akan
menyia-nyiakan amal kalian.”
Ceramah yang saya sampaikan dicukupkan sekian, mohon maaf apabila ada
kesalaan. Marilah kita tutup dengan doa mudah-mudahan apa yang disampaikan tadi
dapat bermanfaat.amien.
Alhamdulillahirobbil’alamin wasolatu wasalamu ala
sayidina muhammadin waala alihi wasohbihi ajmain. Allahuma aini as’aluridoka
waljanata wasyahotika wannar. Allahumagfirli waliwalidaya warhamhuma kama robayani sogiro. Allahumagfirlilmuslimina
walmuslimat walmu’minina wal mu’minat al ahyaiminhum wal amwat rooi jidni ilma
warjukni fahman. Robbana atina fidunya hasanah wafilakhiroti hasanahtawwakina
ada banner. Subhanaka robbika robbilijati amma yasifun wasalamun ala mursalin
walhamdulilahi robbil alamin.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
0 komentar:
Post a Comment