PENGERTIAN
AQIDAH
• Aqidah Secara Etimologi
berasal dari
kata ( عقد) yang berarti ikatan. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh
seseorang. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu kepercayaan hati dan
pembenaran terhadap sesuatu.
• Aqidah Secara Syara’
Yaitu beriman kepada Allah, para MalaikatNya,
kitab-kitabNya, para Rasulnya, dan
kepada hari Akhir serta kepada qadar baik yang baik
maupun yang buruk (rukun iman).
Dalilnya
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا.
Artinya:
“Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya (di akhirat), maka
hendaklah ia beramal shalih dan tidak menyekutukan seorang pun dalam beribadah
kepada Tuhannya.” (Q.S. al-Kahfi: 110)
ISILAH LAIN TENTANG AQIDAH
•
Iman,
yaitu: sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan
dengan anggota tubuh.
•
Tauhid,
artinya: mengesakan Allah (Tauhidullah).
•
Ushuluddin,
artinya: pokok-pokok agama
•
Fiqh Akbar,
artinya: fiqh besar. Istilah ini muncul berdasarkan pemahaman
bahwa
tafaqquh fiddin yang diperintahkan Allah dalam surat At-Taubah ayat 122,
bukan
hanya masalah fiqih, tentu dan lebih utama masalah aqidah. Dikatakah fiqh
akbar,
adalah untuk membedakannya dengan fiqh dalam masalah hukum.
1.
IMAN KEPADA ALLAH
Iman
adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan memperbuat dengan
anggota badan (beramal). Dengan demikian iman kepada Allah berarti meyakini
dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT itu ada, Allah Maha Esa. Keyakinan itu
diucapkan dalam kalimat :
أشهد أن لاإله إلا الله
“Aku
bersaksi tiada Tuhan selain Allah”
Sebagai
perwujudan dari keyakinan dan ucapan itu, harus diikuti dengan perbuatan, yakni
menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya.
2.
IMAN KEPADA MALAIKAT
Malaikat
adalah makhluk yang hidup di alam ghaib dan senantiasa beribadah kepada Allah
Subhanahu wa ta’ala. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan rububiyah
dan uluhiyah sedikit pun. Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan
untuk mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna.
Beriman kepada Malaikat membuahkan
pengaruh yang mulia diantaranya:
Mengetahui
dengan benar keagungan, kebesaran, kekuasaan malaikat, dan kebesaran makhluk
menjadi bukti atas kebesaran Penciptanya.
NAMA
– NAMA MALAIKAT BESERTA TUGASNYA :
• Malaikat Jibril yang
diserahi tugas menurunkan wahyu
•
Malaikat Mikail
yang diserahi tugas menurunkan hujan dan meunmbuhkan tumbuh-tumbuhan.
•
Malaikat Isrofil
yang diserahi tugas meniup sangkakala tatkala terjadi peristiwa hari kiamat dan
manusia dibangkitkan dari alam kubur.
•
Malaikat Ijroil
yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa seseorang.
•
Malaikat Munkar dan Nakir
yang diserahi tugas menanyai mayit, yaitu apabila mayit telah dimasukkan ke
dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya
tentang Rabb-nya, agamanya dan Nabinya.
•
Malaikat
Rokib dan Atid yang diserahi tugas mencatat amal baik
dan amal buruk.
•
Malaikat Ridwan dan Malik
yang diserahi tugas menjaga Surga dan Neraka.
FUNGSI
MALAIKAT DALAM BIDANG ROHANI:
1. Malaikat sebagai perantara dalam mengemban wahyu
2. Malaikat sebagai perantara untuk meneguhkan hati
kaum mukmin
3. Malaikat sebagai perantara untuk menjauhkan
siksaan Alloh
4. Syafaat dan doa malaikat kepada manusia
5. Malaikat membantu perkembangan rohani manusia
6. Dorongan malaikat untuk berbuat baik
7. Malaikat mencatat perbuatan manusia
Beriman kepada Malaikat membuahkan
pengaruh yang mulia diantaranya:
Mengetahui dengan benar keagungan, kebesaran,
kekuasaan malaikat, dan kebesaran makhluk menjadi bukti atas kebesaran
Penciptanya.
3.
IMAN KEPADA RASUL
Iman
kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah
orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt untuk menerima wahyu dariNya
untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Perbedaan Nabi dan Rasul :
- Nabi : Seorang
manusia yang kepadanya Allah wahyukan suatu syariah dan tidak diperintahkan
untuk menyampaikan pada umatnya.
- Rasul :
Seorang manusia yang kepadanya Allah wahyukan suatu syariah yang kemudian
dikitabkan dan diperintahkan untuk menyampaikan pada umatnya.
Sebagai contoh : Nabi Musa adalah nabi
sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan
syari’at/kitab yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan
syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas Rasul dalam Firman Alloh dalam Al-Qur’an
yang artinya :
"Dan
sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara
mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang
tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat,
melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah,
diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang
berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78)
SIFAT
WAJIB RASUL ADALAH SEBAGAI BERIKUT:
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekuen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau baladah.
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekuen menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh atau baladah.
BERIKUT
INI 25 NABI YANG WAJIB DI KETAHUI :
1. Adam AS 9.
Nabi Ishak AS 17. Harun
AS
25.Muhammad saw
2. Idris AS
10. Ya’qub AS 18.
Dawud AS
3. Nuh AS 11.
Yusuf AS 19. Sulaiman
AS
4. Hud AS 12.
Ayyub AS 20. Ilyas
AS
5. Shaleh AS 13.
Dzulkifli AS 21.
Ilyasa AS
6. Ibrahim AS 14.
Syu’aib 22.
Zakaria AS
7. Luth AS 15.
Yunus AS 23. Yahya
AS
8. Ismail AS 16.
Musa AS 24. Isa
AS
4.
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Kita
mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menurunkan kepada
rasul-rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai
pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah
para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan kebersihan jiwa mereka dari
kemuysrikan. Firman Allah SWT,
yang artinya: ”Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan
neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan keadilan… “ (QS. Al-Hadid: 25)
DARI KITAB-KITAB ITU, YANG KITA KENAL IALAH :
•
Taurat, yang
Allah turunkan kepada nabi Musa alaihi sallam, sebagaimana firman Allah
dalam QS Al-Maidah: 44.
•
Zabur, ialah
kitab yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Daud
alaihi sallam.
•
Injil,
diturunkan Allah kepada nabi Isa, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Firman
Allah : ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil yang berisi
petunjuk dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat,
serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS
: Al-Maidah : 46)
•
Shuhuf, (lembaran-lembaran)
yang diturunkan kepada nabi Ibrahim dan Musa, ‘Alaihimas-shalatu Wassalam.
•
Al-Quran, kitab
yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala turunkan kepada Nabi Muhammad shalallohu
‘alahi wa sallam, penutup para nabi. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
artinya: ” Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya (permulaan) Al-Quran
sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil…” (QS. Al Baqarah: 185).
5.
IMAN KEPADA HARI KIAMAT / HARI AKHIR
Kita
mengimani kebenaran hari akhirat, yaitu hari kiamat, yang tiada kehidupan lain
sesudah hari tersebut.
Untuk
itu kita mengimani kebangkitan, yaitu dihidupannya semua mahkluk yang sesudah
mati oleh Allah SWT. Firman Allah
SWT, yang artinya:”Dan
ditiuuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada dilangit dan siapa yang ada
di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali
lagi, maka tiba-tiba mereka bangkitmenunggu (putusannya masing-masing).” (QS.
Az-Zumar: 68)
Kita
mengimani adanya catatan-catatan amal yang diberikan kepada setiap manusia. Ada
yang mengambilnya dengan tangan kanan dan ada yang mengambilnya dari belakang
punggungnya dengan tangan kiri. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang
artinya: ” Adapun orang yang diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, maka
dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada
kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan
kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak celakalah aku dan
dia akan masuk neraka yang menyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 13-14).
6.
IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR
•
Qadha :
Ketetapan Alloh yang telah ditetapkan ( tetapi tidak kita ketahui )
•
Qadar :
Ketetapan Alloh yang telah terbukti (diketahui setelah terjadi )
Kita
juga mengimani qadar (takdir) , yang baik dan yang buruk; yaitu ketentuan yang
telah ditetapkan Allah untuk seluruh mahkluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya dan
menurut hikmah kebijakan-Nya.
Iman kepada qadar ada empat tingkatan:
•
Ilmu
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu,mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidakmenjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
•
Kitabah
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70)
•
Masyi’ah
ialah mengimani bawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
ialah mengimani bawa Allah Subhanahu Wa Ta’ala. telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
•
Khal
Ialah mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Ialah mengimani Allah Subhanahu Wa Ta’ala. adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang artinya: ” Alah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi.” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Keempat
tingkatan ini meliputi apa yang terjadi dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri
dan apa yang terjadi dari mahkluk. Maka segala apa yang dilakukan oleh mahkluk
berupa ucapan, perbuatan atau tindakan meninggalkan, adalah diketahui, dicatat
dan dikehendaki serta diciptakan oleh Allah SWT,
SYARI’AH
Pengertian Syari'ah
Syari'ah
adalah tatanan dan ketentuan yg harus dijalankan apa perintahNya dan menjauhi
apa yg dilarangNya, dalam seluruh aspek hidupnya, baik dalam beribadahnya,
maupun dalam pergaulan hidupnya.
Syariah meliputi 2 bagian utama :
v ibadah
( dalam arti khusus), yang membahas hubungan manusia dengan Allah (vertikal).
Tatacara dan syarat-rukunya terinci dalam Quran dan Sunah. Misalnya :
shalat, zakat, puasa
v Mu'amalah,
yang membahas hubungan horisontal (manusia dan lingkungannya) . Dalam hal ini
aturannya aturannya lebih bersifat garis besar. Misalnya munakahat, dagang, bernegara,
dll.
Dalam
menjalankan syariah Islam, beberapa yang perlu menjadi pegangan :
a. Berpegang teguh kepada Al-Quran dan Sunah menjauhi bid'ah (perkara yang diada-adakan)
b. Syariah Islam telah memberi aturan yangjelas apa
yang halal dan haram , maka :
-
Tinggalkan yang subhat (meragukan)
-
Ikuti
yang wajib, jauhi yang harap, terhadap yang didiamkan jangan bertele-tele
c. Syariah Islam diberikan sesuai dengan kemampuan
manusia, dan menghendaki kemudahan. Sehingga terhadap kekeliruan yang
tidak disengaja & kelupaan diampuni Allah, amal dilakukan sesuai kemampuan
d. hendaklah mementingkan persatuan dan menjauhi
perpecahan dalam syariah
Syariah harus ditegakkan dengan upaya
sungguh-sungguh (jihad) dan perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal
yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat (amar ma'ruf nahi
munkar) .
AKHLAK,
ETIKA DAN MORAL
Pengertian
akhlak, etika dan moral menurut istilah :
v Menurut
Muhammad Abdullah Dirros : “ Akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang
mantap, kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada
pemilihan pihak yang benar ( dalam hal akhlak yang baik ) atau pihak yang jahat
( akhlak yang jahat ) “ .
v Menurut
Austan Fagothey dalam bukunya “Right and Reason, Ethics in Theory and
Practice.ӆ
Ethics is the practical normative science of the rightness and wrongness of
human conduct as known by natural reason. Etika adalah ilmu pengetahuan
normatif yang praktis mengenai kelakuan benar dan tidak benar manusia yang
dimengerti oleh akal murni.
v Menurut
Ensiklopedi Umum:Ü Morality is right living virtue,
conformity to generally accepted standard of conduct. Moral adalah
kehidupan yang benar dan baik, pengesahan dan penerimaan secara umum tentang
ukuran dasar tingkah laku
Persamaan
dan perbedaan akhlak, moral dan etika
v Persamaannya
yaitu membicarakan persoalan baik dan buruk dalam kehidupan manusia.
v Perbedaan
-
Sumber akhlak adalah Al-Qur’an
dan sunnah rasul, sedangkan moral dan etika adalah adat istiadat dan
filsafat.
-
Akhlak bersifat absolut, sedangkan
moral dan etika bersifat relatif.
AKHLAK
KEPADA ALLAH SWT
1) Beribadah kepada
Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai dengan
perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap
perintah Allah.
2) Berzikir kepada
Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik diucapkan
dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan dan
ketentraman hati.
3) Berdo’a kepada
Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah, karena
ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia
4) Tawakal kepada
Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil pekerjaan
atau menanti akibat dari suatu keadaan.
5) Tawaduk kepada
Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah dan
hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup
dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.
AKHLAK
KEPADA SESAMA MANUSIA
a) Akhlak kepada diri
sendiri
1)
Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari
pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap apa yang menimpanya.Sabar
diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi larangan dan ketika ditimpa
musibah.
2)
Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Syukur dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan
syukur dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat
Allah sesuai dengan aturan-Nya.
3)
Tawadu’, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya,
orang tua, muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa,
menjauhkan dari sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak
menyenangkan orang lain
b) Akhlak kepada Orang Tua
Akhlak
kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan dan
perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk
terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati
perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak
mampu lagi berusaha.
c) Akhlak kepada keluarga
Akhlak
terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota keluarga
yang diungkapkan dalam bentuk komuniksai.
Komunikasi
yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua
dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan
lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih sayang harus
menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dari
komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan
keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara
mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi
betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi surga
bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan pendidikan
dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak sebagai
landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya
Betapa penting kedudukan akhlak dalam islam.
Betapa penting kedudukan akhlak dalam islam.
AKHLAK
TERHADAP LINGKUNGAN
Berakhlak
terhadap lingkungan hidup adalah di mana manusia menjalin dan mengembangkan
hubungan yang harmonis dengan alam sekitarnya. Allah menyediakan kekayaan alam
yang melimpah hendaknya disikapi dengan cara mengambil dan memberi dari dan
kepada alam serta tidak dibenarkan segala bentuk perbuatan yang merusak alam.
Maka alam yang terkelola dengan baik dapat memberi manfaat yang berlipat ganda,
sebaliknya alam yang dibiarkan merana dan diambil manfaatnya saja justru
mendatangkan malapetaka bagi manusia.
Al-Ghazali
mengemukakan tanda-tanda manusia berakhlak uraianya sebagai berikut:
- Manusia beriman adalah manusia yang khusu’ dalam shlatnya
- Berpaling dari hal-hal yang tidak berguna (tidak ada faidahnya)
- Selalu kembali kepada Allah
- Mengabdi hanya kepada Allah
- Selalu memuji dan mengagungkan Allah
- Bergetar hatinya jika nama allah disebut-sebut
- Berjalan dimuka bumi dengan “tawadhu” dan tidak sombong
- Bersikap “arif” menghadapi orang-orang awam
- Mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri
- Menghormati tamu
- Menghargai dan menghargai tetangga
- Berbicara selalu baik,santun dan penuh makna
- Tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi persoalan
- Tidak menyakiti orang lain baik dengan sikap maupun perbuatannya
0 komentar:
Post a Comment